Kelestarian Alkid Keraton Solo Jadi Sorotan, Setelah Akan Ada Agenda Pasar Malam
SOLO – Rencana penyelenggaraan Sekaten atau pasar malam di alun-alun Kidul (Alkid) Keraton Solo, mendapat sorotan dari mantan Anggota DPRD Solo Ginda Ferachtriawan. Mantan Anggota Dewan 2 periode tersebut sangat menyayangkan apabila hal tersebut terealisasi, lantaran Alkid merupakan kawasan berstatus cagar budaya yang membutuhkan perawatan khusus.
“Terkait pemberitaan Alun-alun Selatan (Kidul) akan dibuat pasar malam, ketika sudah dibuka untuk pedagang selter, lalu ditambah beberapa pedagang bertenda, dengan alasan salah satunya membiayai pemeliharaan Kerbau Kiai Slamet, saya kaget,” bebernya, Kamis (17/4/2025).
Sekaten bertajuk Pasar Rakyat Surakarta rencananya akan digelar di Alun-alun Kidul atau Alkid Keraton Solo pada 19 April-18 Mei 2025. Ginda mempertanyakan rencana penyelenggaraan acara tersebut karena Alkid baru saja selesei direvitalisasi.
“Nah sekarang saat ini dibuka pasar malam rame lagi di media, saya merasa ini patut dipertanyakan dan patut dicari solusinya. Jangan salah, pembangunan (revitalisasi Alkid) ini dilakukan oleh Pemerintah Kota Solo yang logikanya menggunakan anggaran atau uang rakyat yang nilainya sekitar Rp29 miliar. Nah asumsi saya pembangunan itu dilakukan untuk menjaga kelestarian dari pada kawasan cagar budaya tersebut. Sekarang kalau dibangun pasar malam, kalau dibangun untuk shelter yang jumlahnya melebihi yang dibangun siapa nanti yang akan bertanggung jawab dengan perawatannya? Siapa nanti yang akan menjawab bahwa kawasan cagar budaya ini akan tetap terjaga,” urainya.
Terkait itu, Ginda berharap Pemkot Solo segera mengambil tindakan dan mencarikan jalan keluar. Salah satunya dengan menyatakan pentingnya menjaga kelestarian kawasan Alkid Keraton Solo.
“Pemkot Solo mesti segera berkoordinasi, mencari solusi, dan menyampaikan bagaimana kawasan ini kita lestarikan. Bahkan ke pihak Keraton yang mungkin menyewakan atau sekarang menyewakan untuk pasar malam. Ini kita membangun untuk melestarikan, bukan dibangun untuk jadi lahan mencari keuntungan atau dikomersialkan,” tegasnya.
Terpisah Gusti Kanjeng Ratu (GKR), Timoer Rumbai Kusuma Dewayani mengatakan, pasar rakyat digelar oleh Event Organizer (EO) yang biasanya bekerja sama dengan keraton. Di sisi lain pasar rakyat sudah menjadi tradisi yang digelar keraton di Alun-alun Kidul. Pihak keraton juga sudah izin dengan pemkot serta kepolisian untuk menggelar pasar rakyat.
“Jangan dianggap ini sebagai kendala atau membuat yang tadinya baik menjadi tidak baik. Keraton ingin semua ini untuk rakyat memajukan UMKM, untuk membuka diri kepada masyarakat,” terangnya.
Terkait kekhawatiran sejumlah pihak pasca revitalisasi di Alun-alun Kidul, terangnya, pengelola telah mengantisipasi atas apa yang menjadi kekhawatiran sejumlah pihak. Pihaknya telah menyediakan 18 tong sampah dan menambah 20 tong sampah lagi guna mengantisipasi terkait persoalan sampah.
“Kebanyakan itu pasti tentang sampah dan atau kerusakan revitalisasi itu sendiri, itu sudah kami antisipasi,” ucapnya.
Di samping itu, penempatan lokasi juga telah dikoordinasikan supaya tidak mengganggu atau merusak kawasan pasca revitalisasi.
“Untuk masalah penempatan juga sudah diantispaisi supaya menempatkan tenda-tenda atau permainan (wahana) itu di tempat yang sekiranya aman dan tidak merusak revitalisasi tu sendiri,” tutup Gusti Timoer.