Keluarga Tuntut Kejelasan atas Dugaan Tewasnya Siswa SMP Akibat Tersengat Listrik di Sekolah
Surabaya — Duka mendalam menyelimuti keluarga Steven Sukha Hariyadi (15), siswa kelas IX SMP Katolik Angelus Custos Surabaya, yang meninggal dunia diduga akibat tersengat listrik di lingkungan sekolah. Peristiwa tersebut terjadi pada 28 Maret lalu, saat sekolah sedang tidak menjalankan kegiatan belajar mengajar karena libur.
Orang tua korban, Tanu Hariadi, menyampaikan bahwa anaknya pada hari itu bermaksud menyelesaikan tugas kelompok ujian praktik Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan (PJOK). Steven bersama rekan-rekannya mendatangi sekolah sekitar pukul 11.23 WIB. Namun, karena ruang kelas dalam kondisi tertutup, mereka mengalihkan lokasi pengerjaan tugas ke area rooftop lantai IV SMA Katolik Frateran, yang masih satu kompleks.
Diduga, saat hendak meletakkan ponsel untuk merekam aktivitas mereka, Steven menginjak kabel AC yang terkelupas. Ia pun tersengat listrik dan meninggal dunia di tempat.
“Saat memandikan jenazah anak saya, saya melihat ada luka di bagian kaki, bercak merah di punggung, serta bintik-bintik merah di lengan. Diduga kuat urat sarafnya putus akibat sengatan listrik,” ujar Tanu dengan suara bergetar, Senin (6/5/2025).
Tanu menyampaikan kekecewaannya terhadap pihak sekolah yang dinilai kurang transparan dalam menyampaikan kronologi peristiwa tersebut. Ia mengaku telah berupaya meminta penjelasan langsung ke sekolah pada 7 April, namun hanya mendapat cerita tentang keseharian Steven, tanpa penjabaran utuh mengenai insiden yang merenggut nyawa putranya.
“Jika memang ada rasa empati dari pihak sekolah, semestinya mereka datang ke rumah dan menjelaskan dengan terbuka. Itu akan sangat berarti bagi kami sebagai orang tua,” ucapnya.
Menurut penuturan Tanu, semula tugas kelompok akan dikerjakan di rumah salah satu teman Steven di daerah Kenjeran. Namun, berdasarkan saran orang tua temannya yang juga seorang guru di sekolah, kegiatan dipindah ke sekolah dengan janji akan disediakan tempat. Kenyataannya, ruang kelas yang dijanjikan tidak bisa diakses sehingga para siswa menuju rooftop SMA untuk melanjutkan kegiatan.
Menanggapi upaya konfirmasi media, pihak sekolah belum memberikan pernyataan resmi. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan menyebut bahwa kepala sekolah sedang tidak berada di tempat, dan menyatakan tidak memiliki kewenangan untuk memberi keterangan. Ia menyampaikan bahwa klarifikasi akan disampaikan langsung oleh kepala sekolah bersama kuasa hukum.
“Satu-satunya klarifikasi akan disampaikan oleh kepala sekolah, dan akan didampingi kuasa hukum,” ujarnya singkat.
Kini, keluarga korban telah melaporkan kejadian tersebut ke Polrestabes Surabaya. Mereka berharap ada kejelasan hukum dan pertanggungjawaban atas peristiwa tragis yang menimpa anak mereka.