TFTT Jatim Bagikan Ratusan Perlengkapan Sekolah Pada ABK di SLBN Pembina Lawang

MALANG – Menjadi Pelayan, Pengayom masyarakat sudah menjadi tugas dari anggota kepolisian. Hal itu terlihat pada Angkatan Seba Polri Diktukba Gelombang I Tahun Ajaran 2003 atau dikenal juga TFTT Jawa Timur yang membagikan peralatan tulis kepada ratusan anak berkebutuhan khusus di Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN) Pembina Lawang, Malang melalui kegiatan Gerakan Manfaat (Gema), Minggu (31/7).

Ketua TFTT Jatim Ipda Arif Witarsa melalui keterangannya, Senin, mengatakan pada kegiatan itu pihaknya memberikan 103 paket alat sekolah mulai dari tas, suku, dan uang saku untuk siswa berkebutuhan khusus.

“Bagi TFTT Jatim, ini sekaligus ajang silaturahim leting yang sudah menginjak pada tahun ke-19 pengabdian pada 1 Juli 2022. Selain itu kami berkesempatan untuk bisa berbagi ceria dengan siswa maupun siswi di sini,” ucapnya.

Ipda Arif menuturkan, kegiatan sosial berbagi dengan ABK adalah rangkaian kegiatan Gema yang dilakukan untuk memperingati HUT Bhayangkara ke-76.

“Gema ini adalah cerminan dari kecintaan Polri khususnya Diktukba Polri Gelombang I Tahun Ajaran 2003 dalam ikut serta berbagi kegembiraan di tengah-tengah masyarakat,” katanya.

Berbagai kegiatan sosial pernah dilaksanakan dan masih berjalan hingga saat ini, di antaranya ambulans gratis, pengobatan gratis yang bekerja sama dengan Ibnu Djufri dan Masjid Nurul Fattah Demak Surabaya.

“Kami juga menggelar khitan massal di empat kota, memberikan bantuan korban bencana alam, pengajian umum dan santunan kepada anak yatim piatu atau duafa hingga memberikan santunan kepada keluarga rekan satu angkatan (leting) yang sudah almarhum,” ujarnya.

Ketua dan anggota TFTT Jatim sedang memberikan Bingkisan Pada ABK di SLBN Pembina Lawang

Sementara itu, Kepala Sekolah SLBN Pembina, Lawang, Malang, Sukahar S.Pd., M.Pd., mengapresiasi kegiatan tersebut.

“Kegiatan ini merupakan hal yang sangat positif dan tidak salah sasaran karena anak-anak disabilitas atau yang berkebutuhan khusus akan masuk surga lebih dulu daripada kita yang normal, karena perbuatan yang dilakukan oleh anak-anak disabilitas di luar kesadaran mereka atau tanpa unsur sengaja,” katanya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *