Mie Tempe Dan Daun Sengkubak Kaya Akan Protein Tinggi Produksi Mahasiswa Ubaya.

SURABAYA – Tempe makan tradisional yang kaya protein tinggi, harganya yang terjangkau membuat tempe banyak digemari.Tidak hanya itu, olahan kedelai ini juga bisa dioleh sebagai mie instan.

Hal itu yang mendasari dua mahasiswa Program Kekhususan Bionutrisi dan Inovasi Pangan Fakultas Teknobiologi Universitas Surabaya, Victoria Diana Indah Lestari dan Audrey Layana Tjahyadi menciptakan inovasi mie yang tinggi protein dari bahan Tempe dan Daun sengkubak.

kemudian diberi nama “Mie Tebak” dengan rasa gurih yang khas dari daun sengkubak.

“Kami berdua juga suka makan mie. Oleh sebab itu, kami ingin membuat mie dari tempe dan daun sengkubak yang tinggi protein supaya lebih bergizi,” ujar Victoria selaku ketua tim.

Berdasarkan Tabel Komposisi Pangan Indonesia tahun 2017, kadar protein tempe kedelai murni mentah adalah sebesar 20,8 gram per 100 gram.

Mahasiswi lulusan SMA Katolik St Louis 1 Surabaya itu mengatakan, protein tinggi didapatkan dari tempe yang diolah menjadi tepung komposit.

Untuk meningkatkan cita rasa gurih, mie ditambahkan bubuk daun sengkubak.

Daun sengkubak atau daun kemangi imbo adalah daun yang banyak tumbuh di daerah perhutanan Kalimantan Barat.

Daun dengan nama latin Pycharrhena cauliflora (Miers.) Diels biasa digunakan masyarakat suku Dayak sebagai penyedap alami masakan.

“Berdasarkan penelitian terdahulu, daun ini memiliki kandungan senyawa asam asetat, butyl ester (C16H12O2) dan beta citronellol (C10H20O) sehingga dapat menjadi pengganti MSG (Monosodium glutamate),” jelas Victoria.

Victoria berharap inovasi yang dilakukannya bersama tim dapat memberi manfaat dalam inovasi pangan era modern.

“Harapannya produk kami menjadi preferensi masyarakat dalam mengonsumsi mie yang sehat dan bergizi,” pungkasnya.

Audrey melanjutkan bahwa kandungan protein pada mie berbahan 100 persen tepung terigu adalah sebesar 1,6 persen.

Sedangkan, Mie Tebak memiliki kandungan protein 4 persen lebih tinggi, yaitu sebesar 5,6 persen.

“Jadi dapat dikatakan apabila seseorang mengonsumsi Mie Tebak, ia juga akan mendapat tambahan protein yang lebih tinggi dibandingkan mengonsumsi mie biasa,” imbuh mahasiswi semester 8 itu.

Ia menambahkan, Mie Tebak dapat menjadi makanan pokok karena kandungan protein dalam tepung tempe.

Untuk menemukan komposisi bahan Mie Tebak yang tepat, lanjut Audrey, membutuhkan waktu selama 2-3 minggu.

Mereka membuat tiga macam rasio formulasi untuk pembuatan mie tepung tempe dan penambahan bubuk daun sengkubak.

Pada awal percobaan, mie terasa pahit karena takaran tepung tempe yang kurang pas.

Setelah berkali-kali mencoba, akhirnya mereka menemukan rasio 82 persen tepung terigu, 15 persen tepung tempe dan 3 persen daun sengkubak menjadi takaran yang tepat untuk membuat mie yang layak dikonsumsi.

“Pembuatan Mie Tebak membutuhkan waktu 2 hari. Proses dimulai dari mengeringkan tempe dan daun sengkubak menggunakan cabinet dryer,” urainya.

Kemudian, tempe dan daun sengkubak yang kering dihaluskan menggunakan food processor.

Tahapan dilanjutkan ke pembuatan mie. Tepung tempe, bubuk daun sengkubak, dan tepung terigu dicampur.

“Kemudian, campuran tersebut diuleni menjadi adonan yang siap digiling menjadi mie. Setelah itu, mie direbus hingga matang dan siap dimakan,” jelasnya.

Dr rer nat Sulistyo Emantoko Dwi Putra SSi MSi mengatakan pembuatan inovasi ini menjadi salah satu kompetensi yang diajarkan di Fakultas Teknobiologi Ubaya.

“Mahasiswa didorong untuk menghasilkan suatu produk yang bisa digunakan oleh masyarakat luas. Mie dari tempe dan daun sengkubak menjadi bukti mahasiswa dapat menciptakan inovasi yang memanfaatkan sumber daya alam lokal,” jelas Dekan Fakultas Teknobiologi Ubaya itu.